Risiko yang kemungkinan terjadi pada masa nifas
Masa nifas merupakan masa yang rawan, karena
ada beberapa risiko yang mungkin terjadi pada masa itu, antara lain :
1.
Anemia
Risiko ini mungkin terjadi jika ibu mengalami pendarahan yang
banyak, apalagi bila sudah sejak masa kehamilan kekurangan darah terjadi. Pada
masa nifas anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi. Hal ini terjadi
karena darah tidak cukup memberikan oksigen ke rahim.
Ibu yang mengidap anemia dengan kondisi membahayakan, misalnya mengalami
pendarahan post partum, maka harus segera diberi tranfusi darah. Jika kondisinya
tidak berbahaya maka cukup ditolong dengan pemberian obat-obatan penambah darah
yang mengandung zat besi.
2.
PreEklamsi dan Eklamsi
Biasanya disebut sebagai keracunan kehamilan, ini ditandai dengan munculnya
tekanan darah tinggi, oedem atau pembengkakan pada tungkai. Dan bila diperiksa
di laboratorium urinnya terlihat banyak mengandung protein. Disebut eklamsia
bila sudah terjadi kejang, kalau hanya gejala atau tanda-tanda saja disebut
preeklamsi. Gangguan ini merupakan penyebab kematian ibu yang nomor dua. Penyebabnya
sendiri sebetulnya masih berupa silang pendapat. Ada yang mengatakan
akibat kekurangan asam arakidonat, dari kacang-kacangan. Ada juga yang menduga
akibat stress pada ibu dan faktor emosional lainnya. Selama ini nifas pada hari
ke-1 sampai ke-28, ibu harus mewaspadai munculnya gejala preeklamsi. Jika
keadaannya bertambah berat bisa terjadi eklamsia, dimana kesadaran hilang dan
tekanan darah meningkat tinggi sekali. Akibatnya pembuluh darah otak bisa pecah, terjadi oedema pada
paru-paru yang memicu batuk darah, semuanya itu bisa menyebabkan kematian.
3.
Perdarahan post partum
Perdarahan ini bisa terjadi segera setelah ibu melahirkan terutama
di dua jam pertama yang kemungkinannya sangat tinggi. Selama dua jam pertama
setelah bersalin,
ibu belum boleh keluar dari kamar bersalin dan masih dalam pengawasan.
Yang perlu diperhatikan adalah tinggi rahim, ada pendarahan atau tidak, lalu
tekanan darah dan nadinya.
Kalau terjadi pendarahan maka tinggi rahim akan bertambah, nadi
dan tekanan darah menurun dan denyut nadi itu menjadi cepat. Normalnya tinggi rahim
sesudah melahirkan adalah sama dengan pusar atau 1 cm di atas pusar. Adakalanya
pendarahan yang terjadi tidak terlihat karena darah mengumpal di rahim, jika
begitu keluar akan cukup deras. Ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan
kematian. Adapula pendarahan post partum yang baru terjadi di hari kedua dan
ketiga. Gejalanya sama, setelah melahirkan ibu perlu dirawat selama dua hari
untuk memantau
ada tidaknya perdarahan, dengan menilai tekanan darah dan nadinya.
4.
Depresi masa nifas
Depresi dimasa nifas seharusnya dikenali oleh suami dan keluarga, gejalanya
sama dengan depresi prahaid. Ini karena pengaruh perubahan hormonal, adanya
proses involusi dan ibu kurang tidur serta lelah karena mengurus bayi dan sebagainya.
Depresi biasanya juga timbul jika ibu dan keluarganya dililit konflik rumah
tangga, anak yang lahir tidak diharapkan, keadaan sosial ekonominya lemah atau
trauma karena telah melahirkan anak cacat. Depresi masa nifas terjadi terutama
di minggu-minggu pertama setelah melahirkan, dimana kadar hormon masih tinggi. Gejalanya adalah
gelisah, sedih dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas. Tingkatannya pun
bermacam-macam, mulai dari neurosis atau gelisah saja yang disertai kelainan
tingkah laku, sampai psikosis seperti penderita sakit jiwa dan kadang-kadang
sampai tak sadar seperti meronta, mengamuk dan skizofrenia, situasi depresi ini
akan sembuh bila ibu bisa beradaptasi dengan situasi nyatanya. Untuk
mengatasinya, ibu dianjurkan untuk tidur cukup, tidak dibebani banyak pikiran
misalnya karena tidak keluar, banyak bergerak dan beraktivitas seperti senam
nifas, jalan pagi, menyapu rumah dan lainnya. Sehingga proses sirkulasi darah
menjadi baik, oleh dokter biasanya ibu akan diberi vitamin C dosis tinggi,
obat-obatan penenang dan juga penambah darah.
5.
Infeksi nifas
Pada saat nifas, adanya darah keluar sebetulnya merupakan proses pembersihan
rahim dari sel-sel sisa jaringan, darah, lekosit dan lainnya. Oleh sebab itu,
dimasa nifas ini belum boleh melakukan hubungan seksual. Alasanya, kotoran yang
seharusnya keluar dari rahim ibu akan kembali terbawa dan akhirnya menimbulkan
infeksi, kuman juga bisa menempel diekor sperma yang “lainnya”cepat. Selama
nifas dinding rahim belum begitu kuat, juga mulut rahim belum menutup
sempurna seperti saat sebelum melahirkan. Jika infeksi terjadi, ibu mengalami
gejala demam tinggi dan nifasnya berbau busuk, selain itu rahim bisa menjadi
lembek dan tak berkontraksi sehingga terjadi perdarahan. Meski infeksi ini
jarang berakibat fatal, tapi bila terjadi komplikasi bisa menyebabkan kematian.
Infeksi masa nifas didefinisikan sebagai kenaikan suhu tubuh sampai 38oC
atau yang berlangsung selama 24 jam atau kambuh kembali sejak lahir hari 1 sampai hari
ke-10 setelah melahirkan atau abortus (Liewellyn, D & Jones, 2001: 178).
Kebanyakan kasus infeksi masa nifas yang timbul pada traktus
genetalis berasal dari infeksi asendens dari vagina atau serviks yang
menginfeksi tempat plasenta. Penyebaran dari sini adalah keparametrium atau
melalui rongga uterus menuju sub fallopi beberapa kasus menimbulkan peritonitis
pelvik.