Cari Blog Ini

Rabu, 07 Maret 2012

Risiko yang kemungkinan terjadi pada masa nifas


Risiko yang kemungkinan terjadi pada masa nifas
Masa nifas merupakan masa yang rawan, karena ada beberapa risiko yang mungkin terjadi pada masa itu, antara lain :
1.      Anemia
Risiko ini mungkin terjadi jika ibu mengalami pendarahan yang banyak, apalagi bila sudah sejak masa kehamilan kekurangan darah terjadi. Pada masa nifas anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi. Hal ini terjadi karena darah tidak cukup memberikan oksigen ke rahim.
Ibu yang mengidap anemia dengan kondisi membahayakan, misalnya mengalami pendarahan post partum, maka harus segera diberi tranfusi darah. Jika kondisinya tidak berbahaya maka cukup ditolong dengan pemberian obat-obatan penambah darah yang mengandung zat besi.
2.      PreEklamsi dan Eklamsi
Biasanya disebut sebagai keracunan kehamilan, ini ditandai dengan munculnya tekanan darah tinggi, oedem atau pembengkakan pada tungkai. Dan bila diperiksa di laboratorium urinnya terlihat banyak mengandung protein. Disebut eklamsia bila sudah terjadi kejang, kalau hanya gejala atau tanda-tanda saja disebut preeklamsi. Gangguan ini merupakan penyebab kematian ibu yang nomor dua. Penyebabnya sendiri sebetulnya masih berupa silang pendapat. Ada yang mengatakan akibat kekurangan asam arakidonat, dari kacang-kacangan. Ada juga yang menduga akibat stress pada ibu dan faktor emosional lainnya. Selama ini nifas pada hari ke-1 sampai ke-28, ibu harus mewaspadai munculnya gejala preeklamsi. Jika keadaannya bertambah berat bisa terjadi eklamsia, dimana kesadaran hilang dan tekanan darah meningkat tinggi sekali. Akibatnya pembuluh darah otak bisa pecah, terjadi oedema pada paru-paru yang memicu batuk darah, semuanya itu bisa menyebabkan kematian.
3.      Perdarahan post partum
Perdarahan ini bisa terjadi segera setelah ibu melahirkan terutama di dua jam pertama yang kemungkinannya sangat tinggi. Selama dua jam pertama setelah bersalin, ibu belum boleh keluar dari kamar bersalin dan masih dalam pengawasan. Yang perlu diperhatikan adalah tinggi rahim, ada pendarahan atau tidak, lalu tekanan darah dan nadinya.
Kalau terjadi pendarahan maka tinggi rahim akan bertambah, nadi dan tekanan darah menurun dan denyut nadi itu menjadi cepat. Normalnya tinggi rahim sesudah melahirkan adalah sama dengan pusar atau 1 cm di atas pusar. Adakalanya pendarahan yang terjadi tidak terlihat karena darah mengumpal di rahim, jika begitu keluar akan cukup deras. Ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian. Adapula pendarahan post partum yang baru terjadi di hari kedua dan ketiga. Gejalanya sama, setelah melahirkan ibu perlu dirawat selama dua hari untuk memantau ada tidaknya perdarahan, dengan menilai tekanan darah dan nadinya.
4.      Depresi masa nifas
Depresi dimasa nifas seharusnya dikenali oleh suami dan keluarga, gejalanya sama dengan depresi prahaid. Ini karena pengaruh perubahan hormonal, adanya proses involusi dan ibu kurang tidur serta lelah karena mengurus bayi dan sebagainya. Depresi biasanya juga timbul jika ibu dan keluarganya dililit konflik rumah tangga, anak yang lahir tidak diharapkan, keadaan sosial ekonominya lemah atau trauma karena telah melahirkan anak cacat. Depresi masa nifas terjadi terutama di minggu-minggu pertama setelah melahirkan, dimana kadar hormon masih tinggi. Gejalanya adalah gelisah, sedih dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas. Tingkatannya pun bermacam-macam, mulai dari neurosis atau gelisah saja yang disertai kelainan tingkah laku, sampai psikosis seperti penderita sakit jiwa dan kadang-kadang sampai tak sadar seperti meronta, mengamuk dan skizofrenia, situasi depresi ini akan sembuh bila ibu bisa beradaptasi dengan situasi nyatanya. Untuk mengatasinya, ibu dianjurkan untuk tidur cukup, tidak dibebani banyak pikiran misalnya karena tidak keluar, banyak bergerak dan beraktivitas seperti senam nifas, jalan pagi, menyapu rumah dan lainnya. Sehingga proses sirkulasi darah menjadi baik, oleh dokter biasanya ibu akan diberi vitamin C dosis tinggi, obat-obatan penenang dan juga penambah darah.
5.      Infeksi nifas
Pada saat nifas, adanya darah keluar sebetulnya merupakan proses pembersihan rahim dari sel-sel sisa jaringan, darah, lekosit dan lainnya. Oleh sebab itu, dimasa nifas ini belum boleh melakukan hubungan seksual. Alasanya, kotoran yang seharusnya keluar dari rahim ibu akan kembali terbawa dan akhirnya menimbulkan infeksi, kuman juga bisa menempel diekor sperma yang “lainnya”cepat. Selama nifas dinding rahim belum begitu kuat, juga mulut rahim belum menutup sempurna seperti saat sebelum melahirkan. Jika infeksi terjadi, ibu mengalami gejala demam tinggi dan nifasnya berbau busuk, selain itu rahim bisa menjadi lembek dan tak berkontraksi sehingga terjadi perdarahan. Meski infeksi ini jarang berakibat fatal, tapi bila terjadi komplikasi bisa menyebabkan kematian. Infeksi masa nifas didefinisikan sebagai kenaikan suhu tubuh sampai 38oC atau yang berlangsung selama 24 jam atau kambuh kembali sejak lahir hari 1 sampai hari ke-10 setelah melahirkan atau abortus (Liewellyn, D & Jones, 2001: 178).
Kebanyakan kasus infeksi masa nifas yang timbul pada traktus genetalis berasal dari infeksi asendens dari vagina atau serviks yang menginfeksi tempat plasenta. Penyebaran dari sini adalah keparametrium atau melalui rongga uterus menuju sub fallopi beberapa kasus menimbulkan peritonitis pelvik.

Tanda-tanda kelainan pada ibu nifas
Tanda-tanda kelainan pada ibu nifas adalah :
1.      Perdarahan dari jalan lahir yang lebih banyak dari biasa.
2.      Keluar cairan berbau dari jalan lahir yang lebih banyak dari biasa.
3.      Bengkak pada muka atau tangan, yang mungkin disertai pusing dan kejang.
4.      Payudara bengkak kemerah-merahan.
5.      Sama sekali atau tidak mengalami lochea dalam dua minggu pertama pasca persalinan.
6.      Rasa sakit tidak kunjung reda di daerah perineal setelah beberapa hari pertama.
7.      Suhu di atas 37oC celcius lebih dari 1 hari.
8.      Sulit berkemih, rasa nyeri saat berkemih.
9.      Rasa sakit hingga dada.
Depresi yang tidak mereda setelah beberapa hari.